Marilah kita cermati, mengapa anak-anak menjadi takut hantu
dan bagaimana dampak negatifnya. Pada dasarnya, anak terlahir dengan
tidak mempunyai rasa takut terhadap segala sesuatu. Setelah dia tumbuh
seiring dengan perkembangannya mengenal lingkungan, bertambahlah
pengalamannya. Ada yang takut berjalan karena pernah jatuh. Ada yang
takut naik becak, karena pernah melihat becak terguling bersama tukang
becak dan penumpangnya. Demikian pula anak yang takut hantu. Dia menjadi
takut hantu karena mendapat informasi tentang hantu, baik dari
temannya, kerabatnya, orang tuanya sendiri atau informasi lainnya.
Dewasa ini berbagai media informasi, semisal televisi,
radio, buku bacaan, VCD dan yang lainnya, marak dengan cerita-cerita
misteri dan seram. Mereka semua menebar kerusakan hanya demi mengeruk
keuntungan, tanpa memperdulikan dampak buruk bagi mental bangsa.
Siapapun orangnya, tanpa terkecuali orang dewasa, terlebih lagi
anak-anak, bila sering dicekoki dengan cerita-cerita bertema syetan dan
cerita seram lainnya, akan tertanam pada dirinya jiwa penakut. Hal ini
tidaklah mengherankan, mengingat ia selalu menerima informasi yang
berupa bisikan syetan dan perasaan was-was. Padahal kita selaku mukmin
diperintahkan untuk selalu berlindung kepada Allah k dari godaan syetan.
Nabi r besabda,
إِنَّ الشَيْطَانَ يَجْرِيْ مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
Sesungguhnya syetan itu mengalir pada Bani Adam pada aliran darahnya.[1]
Rasa takut yang mencekam terhadap hantu dan syetan, bisa
menjadi syirik akbar, yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, bila
membawa manusia bersikap beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Misalnya, karena takut syetan, seseorang mengucapkan mantera untuk jin,
yang biasanya mantera ini didapat dari dukun atau biasa disebut dengan
“orang pintar” padahal sok pintar. Atau ia menggantung jimat di
badannya, di rumahnya, di kendaraanya dan lain-lain, dengan keyakinan
bahwa jimat tersebut dapat menolak bala dan bahaya. Adapun bila rasa
takut (yang sebenarnya tidak beralasan itu) tidak membawa kepada
beribadah (apapun bentuknya) kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala,
yakni hanya ketakutan dan cekaman rasa was-was, maka hal ini bertolak
belakang dengan ajaran Islam, yang memerintahkan kita untuk tidak takut
kepada selain Allah, mengurangi kesempurnaan tauhid dan merupakan sifat pengecut yang tercela.[2]
MENANGGULANGI SIFAT TAKUT HANTU PADA ANAK
Setelah memahami penyebab rasa takut pada anak, maka kita
bisa mengambil kesimpulan, sebagai solusi untuk membasmi rasa takut
tersebut. Di antaranya sebagai berikut:
- Menanamkan tauhid dan keimanan pada anak.
Orang tua atau pendidik harus menjelaskan kepada anak, bahwa tidak ada kekuatan yang paling kuat, kecuali kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seluruh makhluk, termasuk jin dan syetan berada di bawah pengaturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila Allah Subhanahu wa Ta’ala
mentaqdirkan seseorang selamat, maka meskipun segenap jin dan menusia
mengerahkan upayanya untuk mencelakakan, ia tidak akan celaka.
Sebaliknya bila Allah Subhanahu wa Ta’ala mentaqdirkan
seseorang celaka, ia akan celaka, walaupun segenap upaya dikerahkan
untuk menyelamatkannya. Karena itu tidak perlu takut terhadap jin,
hantu, bahkan pada perampok, pembunuh atau dukun santet. Ingatlah selalu
pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas berikut ini:
وَ اعْلَمْ أَنَّ الأمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أنْ
يَنْفَعُوْكَ بِشِيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ
اللهُ لَكَ وَ إنِ اجْتَمَعُوْا علَى أنْ يَضُرُّوْكَ بِشِيْءٍ لَمْ
يَضُرُّوْكَ إلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ. رُفِعَتِ
الأقْلاَمُ وَ جَفَّتِ الصُحُفُ
Ketahuilah, seandainya ummat bersatu untuk memberimu
manfaat, tidaklah mereka itu akan bisa memberimu manfaat kecuali sesuatu
yang memang telah Allah tetapkan untukmu. Dan bila mereka bersatu untuk
memberimu suatu kecelakaan, mereka tidak akan bisa mencelakaknmu dengan
sesuatupun kecuali sesuatu yang memang telah Allah tetapkan kecelakaan
untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”. [3]
- Ajarkan wirid dan do’a yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Doa dan wirid adalah senjata dan perisai bagi seorang mukmin. Karena jin, syetan serta para penjahat adalah makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita harus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menghindarkan kita dari ganguan mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengajarkan kepada ummat Beliau do’a dan wirid sehari-hari. Wirid
pagi dan sore, do’a keluar masuk rumah, do’a mendengar lolongan anjing,
do’a masuk WC, do’a singgah di suatu tempat dan lain-lain. Para orang
tua dan pendidik seharusnya mengajarkan do’a-do’a tersebut dengan penuh
kesungguhan.
- Sebisa mungkin jauhkanlah anak-anak dari cerita-cerita hantu, pembunuhan dan cerita misteri yang semisalnya. Gantilah semua itu dengan cerita-cerita kepahlawanan para mujahidin, keberanian Nabi dan para sahabat Beliau. Mereka semua tidak gentar melawan orang-orang kafir dengan segala tipu dayanya.
Ada satu kisah teladan yang sangat menarik. Pernah satu ketika seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengendap-endap di belakang seorang tukang sihir yang dengan bangganya
memperagakan tipuan sulap sihirnya di hadapan para pejabat dan khalayak
ramai. Setelah dekat, ia menghunus pedang dan memenggal kepala tukang
sihir itu sambil mengucapkan,
حَدُّ السَّاحِرُ ضَرْبَةً بِالسَّيْفِ
“Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan
pedang”. Kemudian sahabat tersebut berujar kembali,”Bila ia memang
benar, silahkan ia kembalikan lagi kepalanya ke badannya.” [4]
Serta masih banyak lagi kisah-kisah menarik utuk putra-putri kita.
- Bila orang tua penakut, jangan menampakkan sifat pnegevut ini di ahdapan anak-anak. Jangan pula menakut-nakuti anak dengan sesuatu yang kadang kala orang tua tidak sadar mengatakan sesuatu yang menampakkan sifat pengecutnya di hadapan anak-anak. Misalnya, orang tua menyuruh anak-anak masuk rumah menjelang maghrib, lalu menutup pintu sambil mengatakan,”Ayo masuk. Hiiiiiih……nanti kalau tidak mau masuk ada hantu”. Atau si ibu menjerit ketika listrik padam, sementara ibu sedang berada di kamar mandi. Para orang tua hendaklah belajar mengendalikan emosinya di hadapan anak-anak ketika menghadapi keadaan-keadaan yang mencekam. Memang tidak sedikit para orang tua yang punya sifat penakut. Mereka dibesarkan dalam lingkungan yang memaksa sifat “takut” yang tidak beralasan ini mengendap di dasar hatinya, di luar kemauan dan kehendaknya. Tetapi sebagai orang tua yang bertanggung jawab, tidak seharusnya sifat jelek itu kita turunkan kepada putra-putri kita. Karena itu hendaknya para orang tua lebih menanamkan pada hatinya tauhid dan keimanan, agar jiwa mereka menjadi tegar. Si buah hati pun diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, bertauhid serta tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu waliyyut taufiq
(Ummu Khaulah)
Artikel www.salafiyunpad.wordpress.comdisalin dari kumpulan naskah Majalah As-Sunnah
Maraji:
- Al Qur’anul Karim. – I’anatul Mustafidh Syarhu Kitabit Tauhid, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Jilid I, Cetakan II, Muassasah Ar Risalah.
[1] Hadits ini disepakati oleh Bukhari dan Muslim.
[2] Untuk lebih jelasnya silahkan menelaah penjelasan Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan dalam kitabnya yang berjudul I’anatul Mustafidh Syarh Kitabit Tauhid, Jilid I ketika menjalaskan khauf (takut) dan macam-macamnya.
[3] HR Tirmidzi dan ia berkata,”Hadits ini hasan shahih.” Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini dalam Shahihul Jami’, 7834.
[4] Untuk lebih jelasnya, silakan menelaah penjelasan Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan dalam kitab I’anatul Mustafidh Syarhu Kitabi At Tauhid, Jilid I, ketika menjalaskan hadits “Haddus Sahiri” di atas.
http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/10/10/bila-buah-hati-anda-takut-hantu/