Diketik ulang oleh: Ummu ‘Aisyah
Seorang
anak yang melihat ayahnya selalu berzikir dan bertahlil, bertahmid,
dan bertasbih, maka dia pun akan mudah untuk mengucapkan: Laa ilaaha illalloh, Subhanallah, dan Allahu akbar.
Begitu
pula seorang anak yang dibiasakan untuk mengirim sedekah pada malam
hari karena diutus oleh orangtuanya kepada fakir miskin secara
rahasia, jelas akan berbeda dengan seorang anak yang disuruh oleh
orangtuanya pada malam hari untuk membeli narkoba atau rokok.
Seorang
anak yang selalu melihat ayahnya berpuasa senin dan kamis, ikut serta
dalam shalat berjama’ah di masjid jelas akan berbeda dengan seorang
ayah yang melihat ayahnya berada di tempat perjudian atau bioskop
serta tempat-tempat hiburan yang lainnya.
Anda akan
melihat seorang anak yang selalu mendengarkan suara adzan
mengulang-ngulang lantunan adzan, dan Anda akan melihat seorang anak
yang selalu mendengarkan lagu yang dilantunkan orangtuanya,
melantunkannya pula.
Sungguh indah andaikata seorang ayah
adalah pribadi yang slelu berbuat baik kepada kedua orangtuanya dengan
berdo’a untuk mereka dan memohon ampunan kepada Allah bagi keduanya,
selalu menanyakan keadaannya dan tenang berada bersama keduanya,
selalu memenuhi kebutuhan keduanya dan memperbanyak berdo’a dengan
ungkapan:
Robbigh firli waliwali dayya
“Ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku”
Dia akan selalu mengucapkan:
Robbbirhamhuma kama robbayani shoghiro
“Ya Allah, kasihanilah mereka berdua sebagaiaman mereka telah mendidikku diwaktu kecil”
Dia
pun berziarah ke makam kedua orangtuanya, bersedekah untuk keduanya,
menghubungkan kekerabatan dengan orang-orang yamg dekat dengan
keduanya, juga memberi kepada orang-orang yang selalu diberi oleh
keduanya.
Jika seorang anak melihat perangai orangtuanya yang
sedemikain, maka dengan izin Allah anak itu akan meniru apa yang
dilakukan orangtuanya. Dia akan selalu memohon kepada Allah ampunan
bagi kedua orangtuanya, dan sealu melakukn sesuatu yang biasa
dilakukan oleh kedua orangtunya kepada kakek dan neneknya.
Seorang
anak yang dididik shalat oleh orangtuanya jelas akan berbeda dengan
seorang anak yang biasa diajarkan menonton film, musik atau sepak
bola.
Sesungguhnya jika seoarang anak melihat kedua
orangtuanya melakukan shalat malam dengan menangis karena takut kepada
Allah juga dengan membaca alqur’an, niscaya dia akan berfikir kenapa
ayahnya menangis? Kenapa dia melakuakn shalat? Dan kenapa dia
meninggalkan tempat tidur yang empuk lagi hangat? Kenapa dia memilih
air wudhu yang dingin ?!
Kenapa dia meninggalkan tempat tidurnya dengan memilih memohon kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap?
Semua
pertanyaan ini akan selalu tertanam di dalam pikiran seorang anak dan
selalu memikirkannya yang pada akhirnya si anak dengan izin Allah
akan meniru apa saja yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Demikian
pula anak perempuan yang melihat ibunya selalu berhijab dan menutup
diri dari laki-laki lain, dia telah dihiasi dengan rasa malu dan sikap
menjaga kehormatan, kesucian dirinya telah menjadikan dirinya mulia.
Jika ibunya demikian niscaya anaknya juga akan belajar menanamkan rasa
malu, menjaga kehormatan dan kesucian dari ibunya. Sedangkan anak
perempuan yang melihat ibunya selalu berhias diri di depan setiap
laki-laki, bersalaman, dan bercampur baur, tertawa dan tersenyum
dengan laki-laki lain bahkan berdansa dengan mereka, maka anaknya pun
akan belajar yang demikian itu darinya.
Maka bertakwalah
kalian wahai para ibu dan ayah! Jagalah anak-anak kalian, dan jadilah
kalian sebagai suri tauladan bagi mereka dnegna perangai yang baik dan
tabiat yang mulia. Sebelum itu semua, jadilah kalian sebagai suri
tauladan dengan memegang teguh agama Allah juga Nabi-Nya.
Maroji’:
Ensiklopedi Pendidikan Anak hal 38 (Fiqh Tarbiyatil Abnaa’ wa Thaa-ifatun min Nashaa-ihil Athibba’), Mushthafa al-’Adawi
***
Artikel www.muslimah.or.id
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/anak-anak-mengikuti-perbuatan-yang-dilakukan-orangtua.html